Bibit Lele Sangkuriang Bogor – Kekayaan alam yang melimpah membuat rantai kehidupan di Bumi ini menjadi stabil tanpa ada gangguan, jikapun iya terdapat gangguan dalam tatanan kehidupan mahluk di Bumi sudah dipastikan itu merupakan ulah manusia (tidak semuanya).
Oleh karena itu, Manusia sebagai mahluk bumi yang memiliki akal dan pengetahuan wajib menjaga tatanan Bumi ini dengan kemampuan yang dimiliki supaya bumi ini tetap seperti sediakala sampai anak cucu manusia nanti.
Urusan perut adalah penyebabnya, penyebab manusia ikut andil dalam rusaknya tatanan kehidupan mahluk bumi. Ada yang diambil untuk dikonsumsi atau dijual juga untuk tujuan konsumsi, salah satunya adalah Lele. Yap, ikan licin tak bersisik ini menjadi salah satu konsumsi masyarakat Indonesia yang perlu diperhatikan juga.
Lele, secara ilmiah terdiri dari banyak spesies. Tidak mengherankan pula apabila lele di Nusantara mempunyai banyak nama daerah. Antara lain: ikan limbek (Sumatera Barat), ikan kalang (Sumatra Selatan), ikan maut (Gayo), ikan seungko (Aceh), ikan sibakut (Karo), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makassar), ikan cepi (Sulawesi Selatan), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah) atau ikan keli (Malaysia), ikan ‘keli’ untuk lele yang tidak berpatil sedangkan disebut ‘penang’ untuk yang memiliki patil (Kalimantan Timur).
Di negara lain dikenal dengan nama mali (Afrika), plamond (Thailand), gura magura (Srilangka), dan 鲇形目 (Tiongkok). Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish. Nama ilmiahnya, Clarias, berasal dari bahasa Yunani chlaros, yang berarti ‘lincah’, ‘kuat’, merujuk pada kemampuannya untuk tetap hidup dan bergerak di luar air (sumber).
Kebutuhan lele untuk konsumsi masyarakt sangat tinggi, dikutip dari sebuah tulisan berjudul “Industrialisasi lele dumbo“. Kompas. 31 juli 2009, halaman 21 disebutkan bahwa kebutuhan lele nasional pada 2008 adalah sebesar 108.000 ton. Kebutuhan yang besar ini harus seimbang dengan andil manusia dalam “mengadakan” hewan ini lewat Budidaya.
Salah satunya adalah Budidaya bibit lele sangkuriang Bogor. Jenis ikan lele yang diperkenalkan oleh Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi pada tahun 2004 ini dengan cepat menjadi primadona para peternak. Namun tahukah Anda bahwa ikan lele Sangkuriang ini masih dari jenis lele dumbo yang kita kenal selama ini.
Ikan lele dumbo yang didatangkan dari Taiwan pada 1985 ini mengalami penurunan produktivitas setelah 15 tahun beredar di Indonesia. sehingga muncul penelitian pada tahun 2000-an, pemerintah lewat BBPBAT melakukan penelitian untuk meningkatkan kembali kualitas lele dumbo.
Dengan menggunakan metode silang balik (back cross) ternyata lele dumbo bisa diperbaiki kualitasnya. Kawin silang balik yang dilakukan BBPBAT adalah mengawinkan indukan betina generasi ke-2 atau biasa disebut F2 dari lele dumbo yang pertama kali didatangkan pada tahun 1985, dengan indukan jantan lele dumbo F6 yang menghasilkan lele sangkuriang.
Perbandingan yang paling mencolok antara ikan lele dumbo dengan ikan lele Sangkuriang antara lain, adalah kemampuan bertelur (fekunditas) ikan lele sangkuriang yang mencapai 40.000-60.000 per kg induk betina dibanding lele dumbo yang hanya 20.000-30.000, derajat penetasan telur dari ikan lele sangkuriang lebih dari 90% sedangkan lele dumbo lebih dari 80%.
Budidaya bibit lele sangkuriang Bogor ini dilakukan pada sebuah peternakan kecil di Kota Bogor yang bernama Surya Kencana Farm. Di peternakan ini dikembangkan sekali bibit lele sangkuriang bogor dan juga pelatihan budidaya ikan yang sangat lezat untuk hidangan pecel lele lamongan ini.