Museum Pasir Angin merupakan kompleks situs prasejarah pada masa logam dan diasumsikan sebagai situs bersejarah pada masa perundingan di tahun 1500 sebelum masehi. Situs ini ditemukan tahun 1957. Selanjutnya pada tahun 1971-1975 dilakukan eskavasi oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan di tahun 1976 dibangun situs Museum di Pasir Angin.
Penemuan yang pernah ditemukan di situs ini berupa kapak perunggu yang berbentuk ekor sriti, tongkat perunggu, ujung tombak, kapak besi, gerabah, manik-manik batu dan kaca, bandul kalung perunggu dan alat-alat obsidian.
Sebelum menjadi museum, tempat ini dulunya merupakan situs prasejarah. Sempat ditemukan batu monolit setinggi 1,2 meter yang dibeberapa sisinya memiliki bidang datar di situs ini. Museum ini dapat menjadi pilihan wisata saat berkunjung ke Bogor.
Penamaan museum pasir angin ini bukan tak bermakna. Dalam bahasa sunda pasir berarti bukit yang merujuk pada letak museum yang diatas bukit. Angin sendiri berarti sama dalam bahasa Indonesia biasanya. Jadi dapat diartikan Museum Pasir Angin ini sebagai bukit yang berangin.
Museum ini berlokasi tidak jauh dari Sungai Cianten di wilayah Desa Cemplang, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Dilokasi museum terdapat banyak patok bekas penggalian atau ekskavasi oleh tim peneliti.
Selain difungsikan sebagai tempat penyimpanan artefak, museum ini juga dipakai untuk menyimpan barang-barang bersejarah lain yang ditemukan di tempat lain di wilayah Bogor. Seperti arca yang sudah tidak utuh yang ditemukan di Gunung Cibodas Ciampea atau guci dan manik-manik dari situs Pasir Gintung.
Artefak yang ditemukan di lokasi museum akan disimpan dalam museum. Artefak yang ditemukan tersebut ternyata ditemukan disekitar batu monolit yang ada disamping kiri museum. Penemuan tersebut menggambarkan bahwa dilokasi tersebut merupakan lokasi tempat ritual pemujaan nenek moyang yang dilakukan oleh orang-orang pada maasa itu yang berpusat pada batu monolit.
Semua barang yang ada dimuseum ini seperti keberadaan monumen dari batu, baik yang berupa monolit atau susunan batu, batu monolit yang berbentuk menhir, batu kursi, batu lumpang, batu meja, sarkofagus, benteng, punden berundak, dinding batu dan lainnya memberikan gambaran bahwa kegiatan masyarakat yang ada di zaman itu memiliki tradisi megalitik.
Baca Juga:
Museum Zoologi : Yuk Ke Kebun Raya Bogor